Menjadi guru untuk anak-anak SD Negeri 23 Tumbang Titi,
Kecamatan Tumbang Titi, Kalimantan Barat, telah memberi warna sendiri bagi
hidup Agus. Di sana, Agus menyaksikan sendiri realitas dunia pendidikan di
negeri ini.
SDN 23 Tumbang Titi terletak pada sebuah dusun. Jaraknya
sekitar lima kilometer dari pusat kota, yaitu Dusun Batu Pindah. Atau warga
biasa menyebutnya Dusun Tempesuan.
“Sekolah dasar ini adalah satu-satunya tempat pendidikan
formal di Dusun Batu Pindah, sekaligus menjadi tujuan satu-satunya anak-anak
usia sekolah menutut ilmu,” ungkap Agus.
Di daerah ini, setiap dusun memiliki satu sekolah dasar.
Mengingat jarak setiap dusunnya cukup jauh dan medannya juga sulit. Jadi,
sistem zonasi yang baru-baru ini menjadi salah satu acuan pemerintah dalam
merekrut siswa, ternyata sudah lama terlaksana di tempat ini.
Kondisi tersebut turut mempengaruhi jumlah siswa. Mengingat
jumlah penduduknya juga tak banyak.
“Tahun lalu kami hanya mendapatkan satu siswa, karena hanya
dia satu-satunya anak yang seusianya,” ujar Agus.
Bahkan secara keseluruhan, jumlah siswa di sekolah ini hanya
24 orang. Jika dibagi perkelasnya, seperti Agus yang menjadi wali kelas 6, maka
setiap kelas hanya mendapat 5 siswa saja.
Menurut Agus, bukan hanya siswa saja yang terbatas. Di
sekolah ini, tenaga pengajarnya juga sangat minim. Hanya ada lima guru di sini,
2 PNS dan 3 Kontrak Daerah serta seorang kepala sekolah.
“Jadi kami sudah terbiasa merangkap kelas, termasuk
mengajarkan mata pelajaran yang bukan keahlian kami,” ucap Agus.
Belum lagi dari segi fasilitas yang sangat terbatas. Ketika
sudah sampai di dusun, listrik dan signal telepon sudah tidak ada lagi. Jika
musim hujan tiba, jalanan menjadi berlumpur. Jika pergi ke sekolah, jatuh atau
tersangkutnya motor dalam genangan lumpur, telah menjadi hal yang biasa baginya.
Agus pun terpaksa menggunakan sepatu boat, dan baru menggantinya dengan sepatu
lain setibanya di sekolah.
“Butuh usaha yang besar untuk melalui jalan ke sekolah,”
ucapnya sambil tersenyum.
Meskipun demikian, semangat Agus dalam mendidik mereka tak
pernah redup. Wajah-wajah polos dan senyum tulus dari anak-anak dusun itu,
adalah pemantik semangatnya setiap hari.
Di sana, Agus tidak hanya mendidik mereka dalam kegiatan
formal di sekolah. Ia dan teman-temannya yang tergabung dalam Guru Garis Depan
(GGD), juga mengadakan kegiatan literasi. Mereka menciptakan sebuah Taman Baca
Masyarakat (TBM).
Seminggu sekali mereka menggunjungi sekolah-sekolah. Mereka
membawa buku-buku bacaan yang didapatkan hasil donasi. Anak-anak pun senang,
sebab mereka bisa mengikuti banyak kegiatan yang menarik. Seperti membaca,
belajar sains sederhana dan games edukatif lainnya.
Kecintaan Agus pada dunia pendidikan memang telah melekat.
Sebelum ditugaskan di sini, Agus pernah mengabdi pada program SM3T Lembaga Pendidik
Tenaga Kependidikan (LPTK) Unsyiah di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Menjadi guru sepertinya telah menjadi jalan hidup lelaki
kelahiran Montasik, Aceh Besar ini. Ia bersyukur bisa turut berkontribusi
mendidik generasi bangsa ini. Meskipun di sisi lain, ia harus berbesar hati
dengan segala keterbatasan yang ada.
Seperti anak-anak dusun ini, pada dasarnya mereka sangat
bersemangat untuk melanjutkan pendidikan. Namun apa daya, mereka harus mengubur
impian itu karena keterbatasan yang mereka miliki.
Sekali waktu, Agus pernah bertanya. Apa rencana mereka
setelah tamat dari SDN ini? Salah satu siswa menjawab, bahwa ia tidak akan melanjutkan
sekolahnya lagi.
“Ketika saya menanyakan alasannya, dia hanya menjawab “Tidak,
pak Guru”. Itu saja jawabannya, kemudian tertunduk diam,” ungkap Agus.
Anak tersebut adalah bukanlah satu-satunya anak di dusun ini
yang tak melanjutkan sekolah. Bahkan tahun lalu, ada juga kakak kelasnya yang
begitu lulus SD langsung menikah.
“Dan menurut cerita,
itu bukan satu-satunya lulusan SD yang langsung menikah,” ungkap Agus.
Di tengah realitas pendidikan seperti itulah, Agus bertahan.
Menjadi guru bagi dirinya sendiri, dan anak-anak dusun itu.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar