Langit masih gelap ketika pagi yang dingin menggigit Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Lampulo. Saya kembali mengeratkan jaket ke tubuh. Pagi itu, saya
sengaja pergi ke TPI Lampulo untuk melihat rutinitas nelayan di sini.
Selepas subuh, saya bergerak ke tempat pelelangan ikan yang
baru diresmikan pemerintah Aceh ini. Karena dulunya, TPI Lampulo berada tak
jauh dari lokasi wisata tsunami Kapal di Atas Rumah yang berlokasi di Gampong Lampulo.
Atau tepat di sepanjang aliran Krueng Aceh.
Para Nelayan Lampulo |
Kini, lokasi TPI Lampulo yang baru berada tak terlalu jauh
dari lokasi yang lama. Tempatnya juga lebih luas dan nyaman. Jalanannya juga
sudah diaspal dengan mulus. Jika ingin masuk ke dalam, kita cukup membayar
retribusi Rp. 1000/motor.
Meskipun masih sangat pagi namun suasana TPI Lampulo sudah
sangat ramai. Kapal-kapal nelayan sudah bersandar di dermaga. Orang-orang pun
mulai menyemut di sisi tepian dermaga. Ada yang sekedar menyaksikan namun ada
pula yang memang berniat untuk membeli ikan segar. Tampaknya tempat ini bukan
hanya sekadar kawasan jual beli ikan, namun juga telah menjadi tempat hiburan
bagi masyarakat.
Tugu Ikan Tuna di depan TPI Lampulo |
Lalu dari atas kapal, para nelayan menurunkan satu persatu
keranjang ikannya. Sebagian ikan memang telah dimasukkan kedalam
raga/keranjang. Sementara masih ada sebagian yang lain tertumpuk di badan
kapal.
Di atas dermaga, keranjang ikan itu telah tersusun dengan rapi oleh nelayan. Beragam ikan hasil tangkapan tergelar di sana, seperti tuna, dencis, tenggiri ataupun barracuda. Selain itu, ada pula Ikan hiu dengan ukuran lumayan besar tergelatak di sana.
Menyaksikan Kapal Nelayan yang Baru Tiba |
Semakin pagi suasana semakin sibuk. Suara nelayan yang saling
berteriak memecah keheningan pagi. Ada juga yang sibuk memecahkan es batangan
untuk ikannya. Di sini, semua orang tampak begitu sibuk. Gerobak-gerobak ikan
berlalu-lalang mengangkut ikan dari tepian dermaga menuju gedung TPI Lampulo.
Suara teriakannya agar kita menepi, memberikan warna sendiri pagi itu.
Ikan-Ikan Segar di TPI Lampulo |
TPI Lampulo adalah pusat pelelangan ikan terbesar di Banda
Aceh. Lalu lintas ikan segar telah berlangsung sekian lama di sini. Di luar
gedung TPI Lampulo, sepeda motor pedagang ikan eceran yang lengkap dengan
gerobaknya. Telah berbaris rapi. Sementara pemiliknya sibuk mencari-cari ikan
yang akan mereka jajakan.
Para pedagang ikan eceran yang ada di Banda Aceh, hampir
semuanya memang membeli ikan di sini. Setelah itu, mereka menjajakan ikannya ke
gang-gang kecil yang ada di kota Banda Aceh.
Di tengah kesibukan aktivitas para nelayan dan pedagang di TPI Lampulo. Saya yang hanya diam
berdiri dan menyaksikan, seperti seseorang yang terjebak di antara kerumunan
orang-orang. Terasing di tengah rutinitas para pencari rizki ini.
Pedangan Ikan Eceran Membawa Ikan untuk Dijual Kembali di Seputaran Kota Banda Aceh |
Lampulo memang telah banyak berubah. Padahal dulunya, tempat
ini adalah kawasan yang paling parah terkena musibah tsunami. Karena posisinya
memang berbatasan langsung dengan laut. Tahun 2004 silam, seluruh tempat ini
rata disapu gelombang tsunami, namun sekarang tempat ini telah semakin ramai.
Keberadaan TPI Lampulo semakin membuat kawasan ini bergeliat.
Selain para nelayan, ternyata ada aktivitas pedagang lain di
TPI Lampulo. Seperti pedagang makanan yang mejajakan sarapan untuk para
nelayan. Tanpa merasa risih, mereka menjual dagangannya bersebelahan dengan
pedagang ikan lainnya. Hubungan kedua pedagang ini telah menjadi simbiosis
mutualisme yang terjalin erat. Saya juga sempat membeli sarapan, selain memang
karena lapar. Saya juga ingin merasakan langsung bagaimana rasanya menjadi
bagian dari “jamaah” TPI Lampulo ini.
Penjual Makanan Turut "Mengais" Rizki di TPI Lampulo |
TPI Lampulo menjelang pagi adalah cerita orang-orang yang
berjuang. Para nelayan yang menjemput rizkinya di tengah laut, lalu berlabuh di
dermaga Lampulo untuk menghitung jerih payahnya. Lalu para pedagang eceran yang
telah terjaga pagi sekali, demi mendapatkan ikan segar untuk dijajakan ke
rumah-rumah penduduk kota Banda Aceh.
Saat itu saya sempat berpikir, kalau dalam sepotong ikan yang
saya makan setiap hari telah melibatkan banyak orang. Mereka yang telah bangun
pagi sekali. Mereka yang dengan beraninya menantang maut di tengah laut sana.
Pagi itu, di tengah rutinitas nelayan TPI Lampulo. Saya
menemukan kembali alasan untuk terus bersyukur sedalam-dalamnya.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Selalu ada jam sibuk di sini ya Ibnu
BalasHapusYa Bang, pertanda baik. hehe
Hapus