Di antara banyak tempat terbaik di dunia, dua kota suci yaitu
Madinah dan Mekkah al Mukaramah adalah tempat yang selalu bersamayam di dalam
benak saya. Dua kota suci yang Allah karuniakan begitu banyak keberkahan.
Bagaimanapun keterbatasan yang saya miliki saat ini, hasrat
untuk mengunjungi tempat tersebut tak pernah padam. Alhamdulillah, mimpi itu Allah jawab. Pada pertengahan April lalu
saya berkesempatan untuk menziarahi dua kota suci tersebut.
Selama berada di Tanah Suci, semuanya terasa begitu
istimewa. Debar yang saya rasakan begitu berbeda. Saya berada di sana selama 12
hari, dengan rincian lima hari di Madinah dan tujuh hari di Mekkah.
Nah, berikut tujuh pengalaman mengesankan selama di Tanah Suci.
Pertama, Bersemangat
Menunaikan Salat Tepat Pada Waktunya.
Bergegas menuju Masjid |
Tak pernah saya melihat orang-orang yang begitu antusias
menunaikan salat tepat pada waktunya selain di Tanah Suci ini. Begitu azan
tiba, orang-orang keluar dari mana saja lalu menuju Masjid Nabawi ataupun
Masjidil Haram. Jalanan yang awalnya lengang, tiba-tiba ramai. Toko-toko tutup
sejenak. Mereka berbondong-bondong menuju masjid. Seperti ada magnit yang
menarik mereka.
“Orang di sini pikirannya
cuma ibadah saja,” kata Emak saya.
Benar saja, orang-orang begitu menjaga waktu salatnya. Bahkan,
banyak yang tetap tinggal di masjid. Mereka mengaji, berdoa bahkan tidur hingga
tiba waktu salat berikutnya.
Suasana selepas Jumat di Masjid Nabawi |
Pemandangan seperti itu memberikan kesan tersendiri bagi
saya, sekaligus menjadi termotivasi
untuk mengejar keutamaan salat yaitu berjamaah di masjid.
Saat menyaksikan orang-orang begitu bersemangat menuju
masjid, kita pun merasa malu sendiri jika masih menunda-nunda waktu. Apalagi
jarak kita sudah begitu dekat dengan masjid yang hitungan pahalanya beribu kali
lipat dari masjid biasa.
Kedua, Menziarahi
Rasulullah di Raudah
Raudah, salah satu tempat mustajabnya doa |
Pertemuan apalagi yang paling kita rindukan selain bisa
berdampingan dengan Rasulullah. Maka Raudah adalah adalah luapan muara dari
segala kerinduan itu. Jika di Mekkah tempat yang menjadi perhatian jamaah
adalah Hajar Aswad, maka di Madinah adalah Raudah. Sebab di sinilah Rasulullah
dimakamkan. Di tempat ini pula bersemayam dua sahabat Rasulullah Abu Bakar As
Siddiq dan Umar bin Khatab.
Raudah letaknya di dalam masjid Nabawi. Maka ketika masuk ke
dalam masjid Nabi ini kita sudah merasakan debar yang berbeda. Kita serasa
begitu dekat dengan Baginda Rasulullah dan kedua sahabatnya itu.
Antrian Panjang Menuju Raudah |
Saya sering menyaksikan foto-foto Raudah yang biasa
dilekatkan pada dinding masjid. Suasananya tampak lenggang. Tak ada seorangpun
di sana. Maka, saya terkejut saat tiba di masjid Nabawi lalu menyaksikan
orang-orang dalam antrian panjang untuk sampai ke Raudah.
Mengunjungi Raudah memang butuh perjuangan, kaki kita harus
kuat berdiri berjam-jam. Berdesakkan dengan orang-orang Arab yang berubuh
besar. Petugas membagi jamaah dengan pagar pembatas. Selama mengantri kita
dianjurkan untuk memperbanyak salawat.
Namun semua perjuangan itu terbayar lunas saat kita berada di
Raudah. Ada keharuan saat jarak kita begitu dekat dengan jasad baginda
Rasulullah. Tanpa sadar pipi saya basah menahan keharuan.
Ya Nabi, Salam Alaika... |
Raudah tak begitu luas, kalau dihitung-hitung luasnya mungkin
seluas lapangan basket. Namun inilah salah satu tempat yang mustajab untuk
berdoa. Untuk itulah, petugas membatasi jamah untuk beribadah di sana.
Dan saya beruntung, bisa berlama-lama di Raudah. Bagaimana ceritanya,
mungkin nanti saya akan menulis posting-an
tersendiri untuk cerita ini hehe.
Ketiga, Meneguk Air Zam-Zam Sepuasnya
Meneguk sepuasnya Zam-Zam |
Air zam-zam adalah oleh-oleh khas yang dibawa oleh jamaah jika
pulang dari Tanah Suci. Karena jumlah yang dibawa terbatas, maka para jamaah
harus cermat membaginya. Wajarlah, jika kita pun hanya bisa mencicipinya
sedikit. Hanya sebuah gelas kecil, yang sekali teguk sudah ludes.
Tapi di Tanah Suci, semua karunia itu seolah tanpa batas. Kita
bisa meneguk air zam-zam sepuasnya. Galon-galon besar serta keran-keran air
zam-zam tersedia di setiap sudut masjid, baik itu di Masjid Nabawi maupun Masjidil
Haram. Petugas juga menyediakan cangkir pelastik untuk para jamaah.
Namun ada satu yang perlu diperhatikan, bahwa tidak semua
keran di masjid adalah air zam-zam. Karena banyak juga keran yang isinya
hanyalah air biasa. Saya perhatikan banyak jamaah yang tidak mengetahui hal
tersebut, padahal sudah jelas tertulis “Mineral Water”.
Saya sempat mengingatkan seorang jamaah asal Malaysia atas
kekeliruan tersebut. Alih-alih mendengar himbuan saya, dia malah semakin mantap
menuangkan air keran tersebut dalam botolnya. Baiklah, keyakinan orang kan
tidak bisa dipaksa hehe..
Galon-Galon Air Zam-Zam di dalam Masjid |
Air zam-zam disajikan
dengan dua kondisi, yaitu dingin dan biasa. Jika cuaca sedang terik, air
zam-zam yang dingin memang terasa sangat segar. Saya sendiri lebih suka yang
dingin, sekalipun itu meminumnya pada waktu Subuh. hehe...
Biasanya, jamaah minum air zam-zam sebelum dan sesudah salat.
Kita pun diperbolehkan untuk membawanya ke penginapan, dengan mengisinya pada
botol-botol air mineral. Inilah rutinitas
wajib setiap kali saya pulang dari masjid. Saya membawa 1 – 2 botol,
memasukkanya dalam tas. Saya memang telah bertekad, selama di Tanah Suci saya
hanya minum dari air zam-zam.
Uniknya, air zam-zam ini juga membuat kita kenyang. Kalau kita
ingin berlama-lama di masjid dan tidak membawa makanan. Maka tidak usah
khawatir, kita cukup meminum air zam-zam. Insya
Allah, perut kenyang dan ibadah pun tenang hehe
Keempat, Salat di hadapan
Kabah
Saat jarak dengan Kabah begitu dekat.
Saya sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata saat
pertama kali melihat Kabah. Jika selama ini saya hanya menyaksikannya di atas
sajadah, maka kini semuanya tampak nyata di hadapan mata.
Kabah letaknya di lantai dasar, jadi saat kita turun dengan
menggunakan eskalator. Maka kita bisa menyaksikan Kabah secara perlahan. Saat itulah
perasaan haru dan syukur berpadu, ketika untuk pertama kalinya saya menyaksikan
Kabah secara nyata.
Kabah berdiri kokoh di hadapan, dengan berselimut kain hitam.
Benang-benang emas tersulam indah di sisinya. Di salah satu sudutnya,
tersemat Hajar Aswad, itulah batu hitam yang menjadikan setiap jamaah berhasrat
untuk menciumnya. Sementara di sekitar Kabah orang-orang tak henti bertawaf
sambil mengucapkan kalimat talbiyah.
Saya juga berdebar saat pertama kali menyentuh Kabah. Saya memejamkan mata lalu menciumnya dengan sepenuh hati. Inilah Kabah, yang selama ini menjadi kiblat kita dalam salat. Maka rasanya istimewa sekali jika kita bisa salat dengan posisi tepat di hadapan kabah. Duduk berdizikir dan bermunajat kepada Allah sambil menatapnya.
Kelima, Salat dengan
Imam yang Bersuara Merdu
Para imam di Masjidil Haramn dan Masjid Nabawi adalah
orang-orang terpilih. Mereka tidak hanya memiliki bacaan yang fasih, tapi juga
suara yang merdu. Sebagian suara emas mereka mungkin sudah sangat familiar di telinga kita
karena sering mendengarnya di Youtube.
Salah satu imam yang menjadi favorit saya adalah Syeikh Al
Ghamidi. Maka ketika tiba di Masjidil Haram, saya berharap bisa salat dengan
diimami beliau. Tapi, sampai hari terakhir di sana saya tak juga mendengarkan
suara emas itu.
Namun harapan tersebut cukup terobati, karena para Imam Besar
di sini memiliki suara yang menyentuh. Saya beberapa kali menemukan Imam yang tersedu-sedu
saat membaca potongan ayat al quran. Jamaah pun larut dalam keharuan.
Benarlah, di Tanah Suci, kita benar-benar merasakan nikmatnya
salat. Sebab tempat yang mulia serta imam yang bersuara merdu berpadu.
Keenam, Melihat Jejak
Perjuangan Rasulullah
Di sini bersemayam Syuhada Uhud |
Ada banyak tempat yang bisa kunjungi untuk melihat bagaimana
beratnya dakwah Rasulullah kala itu. Salah satunya adalah Gunung Uhud, di mana
nyawa Rasulullah nyaris hilang karena terkena panah kaum kafir saat Perang
Uhud.
Kaum muslimin yang ketika itu mengira mereka telah menang,
ternyata kondisi berbalik arah. Para pemanah kaum kafir naik ke atas bukit yang
ditinggalkan kaum muslimin. Mereka menyerang kaum Muslimin yang ketika itu
sibuk mengambil ghanimah (harta
rampasan perang).
Baqi, Makam 1000 Syuhada |
Saya berdiri bawah kaki Gunung Uhud, mengenang semua cerita heroik
tersebut. Cuaca yang terik dan gunung yang terjal adalah sedikit gambaran
betapa beratnya perjuang Rasulullah dan para sahabat ketika perang Uhud. Di sana,
juga bersemayam para syuhada Uhud, salah satunya adalah Paman Nabi yaitu
Hamzah.
Beberapa tempat lain yang layak kita kunjungi untuk mengenang
perjuangan Rasulullah adalah Gua Tsur, Gua Hira, serta Baqi yang merupakan
tempat bersemayamnya 1000 syuhada. Tempat-tempat ini benar-benar menggugah iman
kita, sebab kita bisa membayangkan sendiri bahwa untuk menegakkan risalah ini tidaklah mudah. Ada
banyak nyawa yang menjadi hilang, ada banyak rasa sakit yang diderita
Rasulullah serta para sahabat.
Ketujuh, Menghadiri
Majelis-Majelis Ilmu
Majelis Ilmu di dalam Masjid Nabawi |
Pemandangan lain yang lazim kita temui selama di Tanah Suci
adalah hadirnya majelis-majelis ilmu. Selepas salat, seorang Syeikh duduk bersama kitab lalu membahas suatu persoalan agama. Orang-orang khidmat mendengarnya.
Jika kita tak bisa
berbahasa Arab, tidak usah khawatir. Sebab kita bisa menghadiri majelis ilmu
lain yang menggunakan bahasa melayu. Beberapa negara lain juga memiliki majelis
ilmunya sendiri.
Selain itu, kita juga bisa menguji bacaan al quran kita
dengan ahli tahsin di sana. Bacaan pertama yang diujinya adalah al fatihah
sebab ini adalah bagian dari rukun salat. Semua orang yang hadir diuji secara
bergilir. Semua majelis ilmu ini gratis.
Tinggal kemauan kita saja untuk menghadirinya.
Saya perhatikan,
orang-orang tampak begitu antusias hadir di setiap majelis ilmu ini. Baik orang
tua maupun anak muda. Mereka khidmat
menyimak selagi menanti waktu salat tiba.
Saya dan Mamak, semoga Allah panggil kami kembali ke tempat yang mulia ini. |
Inilah Tanah Suci, tempat yang memberikan kesan mendalam. Tempat
yang mampu menguatkan kembali keimanan kita sebagai muslim. Maka mengunjungi
Tanah Suci ini bukan sekadar perjalanan, tapi panggilan keimanan yang
semestinya kita tunaikan.
Mudah-mudahan, Allah berikan keberkahan rizki kepada kita,
badan yang sehat, sehingga Allah izinkan kita untuk menziarai Tanah Para
Nabi-Nya ini. Aamiin ya Allah.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Banyak pencerahan nih, semoga suatu saat bisa menunaikah ibadah ke Tanah Suci, Aaamiin.
BalasHapusAamiin, semangat menabung��
HapusMerinding bacanya mas. Insya Allah 25 okt besok aku akan umroh ksana. Ga sabar rasanya melihat tempat2 yg mas tulis diatas, juga ngerasain khusyukna solat di sana :).
BalasHapusAlhamdulillah semoga Allah lancarkan hingga hari H Mbak dan bisa menjalankan Umrah dengan baik. Selamat merasakan manisnya Iman😄😄
HapusSemoga lon jeut teuka keunan, pingin kali lah, menginspirasi bang tulisannya #cakep gambar2
BalasHapusAamiin ya Allah, mari menabung :D
HapusHalooo..MAs Ibnu, salam kenal ya :) Wah alhamdulillaah bisa berada di rumah Allah ya. Suamiku udha pernah 1x umroh tapi aku belum. Mudah2an bisa nyusul kayak mas ya aamiin. Btw mau tanya kalau air zam-zam itu boleh buat cuci muka ga selain jadi isian di botol? Katanya muka jadi bersih dari penyakit, hilang segala apa2 gitu hee :)
BalasHapusAamiin ya Allah, semoga kesampaian ya
BalasHapusBoleh Mbak, malah ada yang wudhu pakai air zam-zam :D