Pesawat Pukul 11 dan Tekad Emak untuk #JadiBisa Menuju Tanah Suci
Pukul 11 siang pesawat melintas di langit Kampung Durian.
Melintasi sawah di kampung saya. Bagi Emak, setiap kali pesawat melintas adalah
pertanda waktunya istirahat sejenak di sawah.
Pesawat yang melintas itu telah menjadi alarm bagi Emak. Penanda
berhenti sebentar lalu bekerja kembali hingga Zuhur.
“Ye tando nye udah
pukol sebeleh (Itu tandanya sudah pukul sebelas),” jelas Emak dengan bahasa Aceh Tamiang.
Saya masih terlalu kecil untuk memahami semua rutinitas itu. Hanya saja, setiap kali pesawat melintas saya selalu berteriak-teriak tak karuan.
Saya masih terlalu kecil untuk memahami semua rutinitas itu. Hanya saja, setiap kali pesawat melintas saya selalu berteriak-teriak tak karuan.
“Pesawat… Pesawat… Turunlah! Bawa Mamak pergi haji!” Teriak
saya. Dan di sudut sana, Emak hanya tersenyum melihat prilaku anak bungsunya
ini.
Pukul 11 kemudian menjadi akumulasi rindu Emak tentang sebuah
tempat yang selalu bersemayam di benaknya yaitu Tanah Suci. Desingan suara
pesawat selalu menggodanya untuk terus bermimpi.
Ya, Emak memang punya rindu yang dalam untuk pergi ke Tanah
Suci. Saya menyaksikan sendiri. Emak selalu menyisihkan hasil jerih payahnya
dari menadah getah karet. Bahkan, Emak punya tabungan hajinya sendiri yaitu
seruas bambu yang disulapnya menjadi tabung.
Tanah Suci adalah tempat yang selalu bersemayam di hati Emak |
Jika sudah mendapatkan uang dari
menjual getah karet, Emak selalu memasukkan sebagiannya ke “tabungan haji” itu,
yang tak jarang isinya adalah kepingan logam. Sebelum memasukkanya, Emak tak lupa mengucapkan bismillah.
Sering saya menyaksikan prilaku Emak
itu. Pernah sekali saya bertanya, “untuk apa uang ini Mak?”
Emak hanya diam. Diusap-usapnya
rambut saya lalu diciumnya kening anaknya ini.
Melihat tabungan Emak yang tak
seberapa itu, memang rasanya tak mungkin Emak bisa pergi haji. Tapi begitulah
Emak, ia selalu yakin dengan mimpi-mimpinya.
Akhirnya, kami sebagai anak-anaknya sepakat
untuk memberangkatkan Emak untuk umrah. Emak sempat menolak, karena impiannya
adalah untuk menunaikan rukun islam secara sempurna. Emak tak ingin sekadar
sampai di Tanah Suci.
Emak yang selalu yakin dengan mimpinya |
Lalu, kakak saya mengatakan kalimat
yang cukup bijaksana. Emak pergi saja umrah dulu, sampainya di sana berdoalah
agar bisa kembali lagi untuk menunaikan haji.
Ternyata, kalimat tersebut mampu melunakkan hati Emak.
Ternyata, kalimat tersebut mampu melunakkan hati Emak.
Hari itu, untuk pertama kalinya Emak
naik pesawat menuju tanah suci. Burung besi yang biasanya hanya ia lihat dari
bawah, kini malah sebaliknya. Emak menyaksikan segalanya dari langit.
Sepulangnya dari umrah, Emak semakin
bersemangat mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji. Emak memang
sudah mendaftar haji namun setiap hari
ia harus berbesar hati sebab waiting list-nya
yang panjang.
Emak (tiga dari kiri) saat transit di Singapura sebelum menuju Tanah Suci |
Lalu, Allah menjawab doa-doa Emak
dengan caranya yang indah.
Abang Ipar saya yang mendapatkan
porsi haji membatalkan keberangkatannya karena istrinya sedang hamil besar.
Porsi haji itu pun diserahkan kepada Emak. Tak terkira bahagianya Emak
mendapatkan kabar itu.
Tahun 2010, segala yang Emak
ikhtiarkan selama ini menjadi nyata. Emak kembali menginjakkan kakinya ke Tanah Suci, menyempurnakan rukun islam ke 5.
Cerita Emak ini selalu saya ingat.
Cerita inilah yang kemudian membuat saya untuk berani bermimpi. Emak telah
membuktikan, bahwa tidak ada yang tak mungkin jika kita berusaha.
Lalu pada Agustus 2016, setelah 3
bulan pernikahan saya. Tiba-tiba istri berucap, bahwa ia belum pernah sekalipun
naik pesawat. Jangankan naik pesawat, bahkan pergi keluar provinsi Aceh pun ia
belum pernah. Ia penasaran seperti apa rupanya kota-kota besar di luar sana.
“Adek paling jauh ya cuma ke Banda
Aceh,” ujarnya polos.
Entah mengapa? Perbincangan sederhana
kami ketika itu mengingatkan saya pada cerita Emak. Diam-diam saya pun berjanji
pada diri saya sendiri, suatu saat nanti saya akan membawa istri saya untuk
pergi melihat dunia. Merasakan seperti apa rasanya duduk di kursi pesawat
sambil menikmati gumpalan-gumpalan awan.
Istri yang tak pernah pergi jauh :D |
Meskipun saya sadar, penghasilan kami tak seberapa. Namun seperti Emak, saya pun berupaya menyisihkan sebagian
pendapatan untuk ditabung. Sedikit demi sedikit.
Terkadang, sebelum tidur saya
terbiasa membuka aplikasi Traveloka. Menanyakan kepada istri kota mana yang
ingin dikunjunginya? Kami memilih tanggal secara random, lalu memilih kota-kota
yang menjadi impian kami.
Sebelum menikah saya memang terbiasa
membuka aplikasi Traveloka jika sedang jenuh. Aplikasi burung biru ini selalu
tersemat dalam smartphone saya.
Rasanya, ada kebahagiaan tersendiri
saat saya mengecek jadwal penerbangan, harga tiket. Sensasinya mirip ketika
kita mengunjungi toko buku meskipun tak beli. Atau masuk ke toko perlengkapan
bayi, meskipun kita belum punya anak. Hahaha…
Aplikasi Traveloka yang selalu ada di smartphone |
Salah satu keunggulan aplikasi
Traveloka adalah kita bisa menemukan best price untuk setiap penerbangan. Tampilannya juga menarik dan mudah dipahami. Inilah alasan saya setia dengan Traveloka.
Saya pun mengajarkan istri untuk
memesan tiket pesawat via Traveloka. Hal
pertama yang saya tanamkan dalam benaknya sebelum menggunakan aplikasi ini
adalah, pesan tiket pesawat di Traveloka itu mudah.
Cukup empat langkah sederhana.
Pertama, pilihlah kota asal dan
tujuan serta jadwal penerbangan. Kami memilih kota asal Banda Aceh. Sementara
untuk kota tujuan adalah Bali, yang merupakan kota impian istri. Lalu kami pun
memilih jadwal keberangkatan 21 Mei 2018 yang merupakan tanggal pernikahan kami.
Selanjutnya, Traveloka akan
menampilkan berbagai pilihan harga untuk rute penerbangan Banda Aceh menuju
Bali. Pilihan harga seperti ini sangat membantu. Saya pun bisa mengira-ngira
berapa tabungan yang harus dikumpulkan. Harga pesawat memang berubah-ubah, tapi
setidaknya saya punya gambaran.
Menariknya, kita bisa mem-filter harga-harga pesawat tersebut
mulai dari harga paling murah, durasi tersingkat, waktu berangkat paling awal
dan akhir, serta waktu tiba paling awal dan akhir.
Setelah mantap dengan pilihan harga
tiket pesawat, langkah selanjutnya adalah mengisi data pemesan. Kita pun bisa
me-review kembali pesanan tiket pesawat sebelum menuju proses pembayaran.
Untuk proses pembayaran, Traveloka
menyediakan beberapa pilihan. Bisa melalui transfer bank yang telah dipilih
yaitu BCA, Mandiri, BRI dan BNI 46. Bisa melalui kartu kredit, transfer antar bank, CIMB Cliks, BCA Klikpay atau melalui Indomaret dan Alfamart terdekat.
Jika kita sudah menyelesaikan proses
pembayaran maka Traveloka akan mengirimkan E-tiket. Selanjutnya, kita tinggal
packing untuk bersiap-siap menuju destinasi impian.
Ternyata hal-hal sederhana yang kami
lakukan bersama aplikasi traveloka itu, membuat istri saya lebih yakin suatu
saat bisa melakukan perjalanan dengan pesawat. Sering kali ketika saya di
kantor, ia mengirimkan foto ataupun link tempat-tempat wisata.
Empat langkah pesan tiket via Traveloka |
“Bang tempat ini keren ya,
kapan-kapan kita kemari hehe..,” ujarnya.
Saya hanya tersenyum, sambil terus menguatkan hati untuk bisa mewujudkan
mimpinya.
Kabar baik itu pun tiba.
Pada Maret 2017 lalu, saya
mendapatkan tugas ke luar kota yaitu Bandung. Awalnya saya sempat bimbang
karena harus meninggalkan istri seorang diri. Lalu tiba-tiba pimpinan saya
mengatakan, “ya udah Ibnu, bawa saja istrinya. Enggak apa-apa kok,” ujarnya.
Saya sampaikan kabar ini pada istri,
lalu kami pun mulai menghitung tabungan. Sebab dalam perjalanan ini hanya saya
yang mendapat tanggungan kantor. Saya harus merogoh kocek sendiri jika ingin
membawa istri.
Setelah melihat hasil tabungan,
kebimbangan menyelimuti hati kami. Uangnya memang cukup untuk membiayai
perjalanan istri. Hanya saja, dalam waktu dekat kami harus membayar biaya
kontrakkan.
Istri hanya diam. Ia berupaya berbesar
hati, ah mungkin memang belum saatnya,
saya menangkap isyarat perasaann itu. Tapi kemudian saya teringat nasihat Emak,
rizki bisa dicari. Tapi kesempatan-kesempatan baik harus segera diambil.
Akhirnya, saya putuskan untuk
mengambil sebagian tabungan kami untuk perjalanan ini. Saya berharap, semoga
niat saya untuk membahagiakan istri ini bisa membuka jalan keberkahan hidup
yang lain.
Di ruang tunggu Bandara Sultan
Iskandar Muda, istri saya berdebar saat nomor penerbangan kami disebutkan dari
pengeras suara. Sebentar lagi, impiannya untuk terbang dengan pesawat akan
terwujud.
Banda Aceh – Medan – Bandung, itulah
rute penerbangan kami hari itu. Sepanjang penerbangan, saya perhatikan raut
bahagia dari wajahnya. Matanya berbinar-binar saat melihat gumpalan awan yang
terasa begitu dekat.
Semantara saya, ada semacam perasaan
lega karena berhasil mewujudkan impian istri. Lalu, sambil mengecup kepalanya,
diam-diam saya tersenyum karena mengingat semua cerita Emak.
Untuk JadiBisa, kita memang butuh
keyakinan. Akumulasi usaha dan doa itulah yang kemudian akan dijawab Tuhan
dengan caranya yang indah. Dari Emak, saya belajar tentang formula kesuksesan hidup itu.
Perjalanan pertama istri naik pesawat |
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Jalan-jalan bareng orang tercinta adalah keinginan tersendiri ya Ibnu, semoga bisa sampai juga :)
BalasHapusAamiin,
Hapussudah cukuplah awak jalan sendiri bang :))
Waah... Pak Cik, kami jadi terharu bacanya. Semoga mimpi-mimpi lain pun bisa terwujud.
BalasHapusAamiin, kamikan mau juga bertualang seperti beruang :D
HapusSemoga awak juga bisa memenuhi harapan mamak yg pengen liat kakaknya dijombang, naek pesawat.
BalasHapusSalam anak Dusun Sepakat,
Kapan sparing lagi kita?. hha
Semoga terwujud Boi :D
BalasHapusTunggu awak di Kamdur :))
Alhamdulillah, emak bisa naik haji.. #BisaJadi
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Alhamdulillah, #JadiBisa :D
HapusNice, cu! As always. Ternyata ada cerita di keluarga kita yg Dhira belum ketahui. Huehehe
BalasHapusNah, makanya sering pulang kampung :D
HapusSemua berawal dari mimpi, luar biasa Bang Ibnu, jadi terinspirasi membaca tulisa nnya.
BalasHapusTerima kasih Yell :)
HapusSeneeeeng bacanya.. Akhirnya istri bisa ikut juga dan merasakan naik pesawat ya mas :) . Traveloka dr dulu slalu jd andalanku tiap booking tiket , hotel ato tiket wisata. Trs yg aku suka poin2 nya itu. Kmrn aku liburan ke laos, hotelnya itu bisa dibilang free krn aku pake poin2 yg udh aku kumpulin utk bayarnya :) . Ga prnh rugilah pake traveloka
BalasHapusWahhh asyik banget dapat free hotel di Laos :D
Hapus