Suatu pagi di tebing Gunung Sumbing |
Kemarin, salah satu hal unik saat event Pra Saman Mengawal
Leuser di Taman Sari adalah stand komunitasnya berbentuk tenda dome. Posisinya pun
tidak teratur. Maka kesannya benar-benar serasa di alam bebas.
Saat itu pula, untuk pertama kalinya istri masuk ke tenda
dome. Selama ini ia hanya menyaksikan tenda tersebut dalam foto-foto perjalanan
saya. Tak pernah tahu bagaiamana sensasinya jika kita tertidur pulas di
dalamnya saat berada di lereng gunung.
Begitu keluar dari tenda istri hanya tersenyum. Tak sepatah
kata pun keluar. Namun begitu sampai di rumah, barulah ia buka suara.
“Ternyata di dalam luas ya, adek suka,” ungkapnya.
Ternyata Ia sengaja menyimpan perasaan senangnya itu hingga
kami tiba di rumah. Sepanjang jalan pulang ia merahasiakannya. Saya pun
tersenyum mengetahuinya.
Jika bagi istri tenda dome itu terasa begitu istimewa. Begitu
pula dengan saya, karena tenda tersebut mengingatkan cerita lain tentang sebuah
perjalanan yang mengesankan. Ada begitu banyak cerita menarik, salah satunya
adalah saat mendaki gunung Cikuray penghujung 2013 silam.
Menikmati makan siang di bawah tenda dome |
Pukul lima sore saya mulai menanjak, lalu saat masuk hutan
hujan mulai turun. Saya menggigil. Tapi saya harus tetap bergerak agar tubuh
tetap hangat. Langit pun semakin gelap dan hujan terus mengguyur jalur tracking.
Siapapun yang pernah mendaki Cikuray pasti tahu, betapa
terjalnya track menujuk puncak. Jalannya
terus menanjak. Maka ketika hujan turun, jalan semakin licin. Saya memegang
akar-akar pohon untuk menguatkan langkah.
Sepanjang perjalanan
itu hujan terus turun dengan lebatnya. Kami sampai di pos terkahir pada pukul Sembilan
malam. Tanpa basa-basi, bersama Adi teman perjalanan saya ketika itu langsung
mendirikan tenda dome.
Sialnya! Tenda
dome kami terlalu kecil dan bocor pula. Sementara tubuh saya sudah semakin
menggigil. Tapi sudah tak ada pilihan. Begitu tenda selesai didirikan dengan
segera kami membungkus diri dengan sleeping bag. Saya berupaya untuk tidur sambil mendengarkan
suara air hujan yang menghantam tenda dome kami. Saya pun sudah tak sadarkan
diri saat air hujan menetes di kaki. Delapan jam perjalanan dengan diguyur
hujan, sudah cukup membuat Tubuh saya mati rasa.
Tiba-tiba
saja, saat memperhatikan tenda dome di Taman Sari kemarin itu, segala cerita
perjalanan saat bermalam di gunung itu hadir. Belum lagi kenangan saat
menikmati teh hangat di dalam tenda sambil
menikmati pagi yang dingin.
Ada banyak
cerita, namun semuanya terhenti dalam sebuah kesimpulan. Bahwa saya sangat
bersyukur pernah menapaki perjalanan seperti itu. Saat hidup terasa begitu
menenangkan. Saat semua cerita sederhana menjadi istimewa karena kita
mengabarkannya di bawah tenda.
Lagi-lagi bersama Adi di Pasar Bubrah, Gunung Merapi |
Entahlah,
tapi terkadang saya merindukan masa-masa itu. Jika hujan turun lebat saya teringat ketika menggigil di dalam tenda. Menikmati irama hujan yang berpadu
dengan alam.
Maka saya
pun bertekad, suatu saat nanti, bersama istri dan anak kami kelak. Saya akan
mengulang cerita itu kembali. Membawa mereka menikmati alam bebas sambil
bercerita di bawah tenda dome.
Sebuah impian,
yang diam-diam terus mendengung dalam hati saya. Mudah-mudahan….
Darussalam,
7 Agustus 2017
Pukul 15:26
WIB.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar