90 Saman Sebelum 10001 Saman, Pesan Konservasi dari USAID Lestari
Di bawah guyuran hujan 90 penari
Saman mengehentak Taman Sari. Gerakkannya harmonis. Syairnya penuh makna. Dalam
semua artikulasi itu, diam-diam tersyiarkan pesan Konservasi.
Menjelang magrib angin kencang
serta langit yang mendung menggeluti langit Banda Aceh. Melihat cuaca yang tak
menentu ini maka bersama istri, saya pun bergegas ke Taman Sari. Karena malam
ini kami akan menyaksikan malam puncak Pra Event Tari Saman 10001 yang
dilaksanakan oleh USAID Lestari. Rencananya, 90 penari Saman dari komunitas,
anak sekolah serta masyarakat umum akan tampil flashmob menghentak Taman Baitussalatin ini.
Selepas Isya apa yang saya
khawatirkan tiba juga. Hujan turun dengan derasnya. Para pengunjung pun
berlarian mencari tempat berteduh. Saya melirik arloji, jam sudah menujukkan
pukul 21:45 WIB. Artinya sudah lebih satu jam kami berteduh. Jika menurut rundown acara, inilah saatnya 90 penari
saman tersebut tampil.
Tapi langit masih terus
mengguyur. Namun menariknya para pengunjung di Taman Sari tetap kukuh berteduh.
Seperti saya, mereka tak akan pulang sebelum menyaksikan penampilan 90 penari Saman
tersebut.
Pukul 22:20 WIB, panitia
tampaknya tak bisa menunda lagi. Saat hujan mulai tampak mereda, sembilan penari
Saman lengkap dengan pakaian adat Gayo Lues naik ke atas panggung. Sontak, para
pengunjung bertepuk tangan. Mereka pun satu persatu keluar dari tenda dan
menyemut di depan panggung.
Menari di bawah guyuran hujan |
Syair-syair yang penuh makna pun menggema
di Taman Sari, membakar semangat pengunjung yang sedari tadi kedinginan.
La ila ilaila he wase u he inhala
E inhala meutu a eu ila lailalahe
Taja kumbang haila puteh eh inhala
Taja kumbang haina puteh he inhala
Hai jaka, tu mile le mile
Jala tu la jala, tu mile la mile hey jala tun
Saat itulah, 90 penari Saman dengan
pakaian bebas keluar dari sisi panggung. Tepuk tangan kian gemuruh. Lalu hanya
dalam hitungan detik, para penari yang berasal dari berbagai latar belakang itu
menjadi seirama dan serentak. Mereka menari dan melafalkan syair penuh makna
itu dengan semangat. Saya berdecak kagum, karena semua yang mulanya tampak
tidak teratur itu tiba-tiba menjadi begitu harmonis.
90 penari Saman tampil flashmob |
Jujur saya merinding saat syair
berhenti diucapkan tapi mereka tetap terus bergerak dengan penuh keteraturan. Menepuk-nepuk
dada,paha lalu kembali mensedekapkan tangan sambil meneriakkan “Saman Pengawal
Leuser 2017”.
Suara tepuk tangan kembali
gemuruh. Hanya 15 menit. Tapi penampilan tersebut sudah cukup membuat
pengunjung berkesan. Penantian di bawah guyur hujan benar-benar terbayar lunas
dengan penampilan memukau tersebut.
Event dengan tema Merawat Tradisi Melalui Konservasi ini memang
membawa pesan penting. Seperti yang diungkapkan Ampoen Yan dalam diskusi
tentang Saman pada sore harinya di tempat yang sama.
“Saman bukan sekadar sebuah
artikulasi seni yang indah, tapi juga
menyimpan pesan subjektif yang penting,” ujarnya.
Menurut Ampon Yan, setidaknya ada
tiga struktur penting dalam Saman yaitu pujaan pada Tuhan yang Maha Esa, Syiar
termasuk pesan menjaga alam, serta atraktif.
“Maka kita tidak cukup hanya
bangga pada Saman, tapi juga harus peduli dengan kelestariannya,” tegasnya.
Ampon Yan dan Rajabahri mengisi diskusi Saman pada sore harinya |
Maka wajar saja kalau Marcopolo
pun terkagum-kagum dengan tarian yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia
tak benda ini. Dr. Rajab Bahry. M.Pd yang turut menjadi pemateri pada diskusi sore itu, pun
bercerita, bahwa semua keteraturan dalam tarian Saman ini kuncinya adalah
karena semua penari Saman mengerti bagaimana mengharmonisasikan tarian dengan
gerakan.
“Ini juga sama maknanya jika kita
ingin buka kebun, maka harus di tempat yang benar. Jika tidak demikian ya
rusaklah alam ini,” ungkap lelaki yang telah menari Saman sejak tahun 1975 ini.
Konsep Acara yang Menarik
Sebuah aspresiasi saya tehadap AK Production yang telah mengkonsep acara ini dengan baik. Saya yakin, acara yang melibatkan berbagai komunitas ini telah AK Production rencanakan secara matang. Tak seperti acara kebanyakan, pada event Saman Mengawal Leuser ini suasananya dibuat serasa di alam. Setiap stand komunitas berdiri tenda-tenda dome. Lagu-lagu yang diputar juga memiliki pesan konservasi, termasuk suara kicau burung yang merdu. Maka berada di Taman Sari hari itu, kita seolah terjebak dalam miniatur Leuser.
Sebuah aspresiasi saya tehadap AK Production yang telah mengkonsep acara ini dengan baik. Saya yakin, acara yang melibatkan berbagai komunitas ini telah AK Production rencanakan secara matang. Tak seperti acara kebanyakan, pada event Saman Mengawal Leuser ini suasananya dibuat serasa di alam. Setiap stand komunitas berdiri tenda-tenda dome. Lagu-lagu yang diputar juga memiliki pesan konservasi, termasuk suara kicau burung yang merdu. Maka berada di Taman Sari hari itu, kita seolah terjebak dalam miniatur Leuser.
Acara ini sendiri telah di mulai
sejak sore hari. Mulai dari dari diskusi serta lomba mewarnai untuk anak-anak. Saya
kagum saat menyaksikan anak-anak ini mewarnai empat satwa kunci Leuser: Badak, Harimau, Gajah serta Orangutan. Setiap satwa tersebut mereka warnai
sesuai pilihan warna catnya sendiri.
Seorang anak memperhatikan cat yang dibagikan untuknya |
Diam-diam saya pun membayangkan, beginilah mereka
nanti ketika tumbuh besar. Merekalah yang berperan mewarnai ekosistem Leuser. Akan
seperti apa masa depan Leuser nantinya, sangat bergantung bagaimana kita
mendidik mereka saat ini.
Warnai Satwamu! |
Sepasang Pengunjung Menanti hujan reda di depan panggung |
Ya, malam itu saya pun
mendapatkan semangat baru. Menyaksikan Saman telah memberikan kesadaran baru
bagi saya, khususnya bagaimana pentingnya konservasi untuk kelangsungan hidup
kita. Saya pun membayangkan, jika 90
orang penari Saman seperti ini saja sudah cukup membakar emosi apalagi dengan
10001 Saman pada 13 Agustus di Gayo Lues nanti?
Maka ini bukan sekadar event
untuk memecah rekor tarian Saman sebelumnya. Ini adalah kegiatan yang memiliki
pesan, agar kita memiliki kesadaran kolektif tentang konservasi.
Foto-foto lainnya:
Seorang pengunjung menyaksikan pameran foto |
Terus menari meskipun hujan |
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
abang luar biasa!!
BalasHapusAbanglah yang biasa di luar :D
HapusMaka ini bukan sekadar event untuk memecah rekor tarian Saman sebelumnya. Ini adalah kegiatan yang memiliki pesan, agar kita memiliki kesadaran kolektif tentang konservasi. Nice.
BalasHapusAh Dek Mat, Nice aja..
HapusBerawal dari Saman, kita lestarikan hutan dunia.
BalasHapusSemoga Anak Muda...
HapusSuka x dengan konsep acaranya, serasa lagi camping di leuser, apalagi pas turun hujan. Tapi gak sempat nonton saman.. Hihi
BalasHapusSemoga dengan acaranya ini, kita semakin mengenal hutan dan tau cara menjaganya
Ya, Antimainstream...
HapusLiputannya luar biasa bang, udah bisa di jadikan reporter untuk media nasional ne. :D
BalasHapusKonsep pra saman benar beda ya, nggak sama dengan pameran lainnya yang terlalu menoton. Ini kreatif banget.
haha... media sosial sajalah kita
HapusYa, lain dari yang lain. Keren!
Hujan tidak menghalangi jalannya acara, 90 penari seakan lupa bahwa guyuran hujan tak memudarkan penampilan mereka di atas panggung.
BalasHapusMereka adalah orang-orang yang setia
BalasHapus