Tebing Lamreh dari Kejauhan |
Weekend telah tiba. Seperti biasa, saya dan istri akan travelling. Hanya dengan mengendarai
sepeda motor kami pergi meninggalkan sejenak Kota Banda Aceh. Kami telah
sepakat untuk pergi ke Pantai Lhok Mee atau orang-orang mengenalnya dengan
sebutan Pasir Putih. Karena di sini saya akan mengajari istri untuk berenang.
Lokasinya memang sangat cocok, karena Pantai Lhok Me tidak terlalu ramai dan perjalanan menuju tempat ini juga sangat menyenangkan. Apalagi saat tanjakan pertama setelah melewati Pelabuhan Kreung Raya. Dari atas bukit, kita bisa menyaksikan suasana pelabuhan yang menawan. Perahu-perahu nelayan. Pepohanan kelapa. Serta laut yang biru. Berpadu menjadi sebuah pemandangan yang menenangkan.
Pelabuhan Kreung Raya Tampak dari Atas Bukit |
Namun di tengah jalan, saat kami
naik-turun perbukitan Lamreh , tiba-tiba terlintas di benak saya untuk
mengunjungi Tebing Lamreh. Tempat ini memang sempat hits beberapa waktu lalu. Hanya saja, saya juga pernah mendengar
kalau akses menuju tempat ini cukup sulit. Belum lagi biaya masuknya yang cukup
mahal.
Tapi cerita tersebut saya dengar
sudah cukup lama. “Ah mungkin saja
sekarang sudah berubah?” Pikir saya.
Saya pun mengusulkan untuk
mengubah lokasi wisata kami. “Gimana Dek,
kita ke Tebing Lamreh saja?” Tawar saya.
“Emang di situ bisa mandi?” Tanya istri.
“Enggak sih, tapi nanti kita bisa jalan ke Pasir
Putih,” ujar saya. Istri mengangguk.
Maka begitu sampai di pos masuk Tebing
Lamreh, saya membelokkan sepeda motor. Lalu tiba-tiba keluarlah seorang pemuda.
Ia menjegat kami dan meminta uang masuk sebesar Rp. 10.000. Kesan tak enak
mulai hinggap di hati saya. Pasalnya selain mahal, pemuda tersebut tidak
memiliki karcis layaknya sebuah tempat wisata. Saat meminta ia juga tak berani
memandang wajah saya.
Kami pun mulai masuk. Jalanannya
terus menanjak dan berbatuan. Sebelum belok ke Tebing Lamreh, saya pergi
sebentar ke atas bukit untuk mengabadikan keindahan Tebing Lamreh dari kejauhan. Cantik. Tempat itu memang menawan. Dari jauh saja saya sudah
bisa melihat Tebing Lamreh yang eksotis. Air laut yang kebiruan dan hijau
mencumbui tebingnya yang berbatuan.
Suasana Pebukitan Lamreh |
Setelah itu, kami turun dan
kembali menuju jalan ke arah Tebing Lamreh. Dari bukit tadi saya bisa
merasakan, bahwa Tebing Lamreh masih lumayan jauh. Perjalanan selanjutnya
ternyata semakin menantang. Berbatuan kasar menghiasi perjalanan. Belum lagi
bukitnya yang cukup terjal.
Kekasih hati saya terpaksa turun,
karena sepeda motor ini tak kuasa mengankut kami berdua. Perlahan-lahan saya
coba menaiki bukit terjal tersebut. Di saat tertatih-tatih itu, tiba-tiba
datanglah dua orang lelaki dengan sepeda motor. Tanpa basa-basi dan tak peduli
dengan kepayahan saya. Mereka meminta uang parkir kepada kami sebesar Rp. 10.000.
Ya Salaam, Tebing Lamreh masih jauh dan saya masih bersusah payah
menuju tempat itu. Tapi dua orang lelaki ini, sudah memalak uang parkir kepada
saya. Terang saja, saya sedikit emosi. Perlakuan mereka ini rasanya sangat tak
pantas, karena bisa memberikan kesan buruk terhadap objek wisata ini.
Lalu di hadapan mereka, secara
terus terang saya katakan bahwa saya tak tertarik lagi menuju Tebing Lamreh.
Saya pun langsung memutar balik sepeda motor, yang posisinya di tengah-tengah
tanjakan berbatuan. Kedua lelaki ini pun terdiam melihat reaksi saya. Apa boleh
buat. Cinta saya pada Tebing Lamreh sudah patah di tengah jalan. Hikss…
Meskipun demikian, saya tetap
berupaya untuk berpikiran positif. Mencoba untuk memahami kenapa orang-orang ini bisa
bertindak demikian. Sebab saya juga pernah mendengar, bahwa Perbukitan Lamreh
ini di miliki oleh banyak orang. Mungkin ini pula alasan, mengapa dua orang
tadi tiba-tiba meminta uang. Tanpa peduli kondisi pengunjungnya. Meskipun permasalahan
klasik ini telah saya dengar cukup lama. Hanya saja saya tak menyangka, kalau masalah
tersebut belum juga terselesaikan sampai sekarang.
Akhirnya, kami kembali ke rencana
awal, menuju Pantai Lhok Mee. Dua lokasi wisata ini memang letaknya berdekatan.
Namun di Pantai Lhok Me biaya masuknya lebih murah yaitu Rp. 5000. Selain itu
petugas juga memberikan kami karcis masuk, sebagai tanda bahwa pengelolaan
tempat ini jauh lebih baik.
Akhirnya ke Pasir Putih juga |
Tebing Lamreh adalah objek wisata
yang potensial. Tempat ini menawarkan pesona yang sangat menarik. Hanya saja,
jika tidak kelola dengan baik. Maka orang-orang akan enggan mengunjungi tempat
ini. Seperti saya, yang terlanjur patah hati pada Tebing Lamreh.
Ceurih, 02 April 2017
Pukul 00:22 WIB.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
ternyata masih belum berubah ya... hm... terkadang nyesal.. tapi..
BalasHapusYa, masalah yang terus berlarut-larut huhu
HapusYa Salam... mereka lupa, bahwa tatkala citra buruk menjadi booming, maka pendapatan mereka pun akhirnya menjadi tak ada lagi
BalasHapusBegitulah, kesadaran wisata kita memang masih kurang
Hapus