Orang-orang sekarang gemar sekali
membuat penasaran. Membuat orang
bertanya-tanya seolah adalah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi tentang dirinya, yang sejatinya bukan siapa-siapa. Di
ranah media sosial, kita sering menemukannya. Jawaban sering kali tidak sesuai dengan apa yang ditanya. Semua itu, demi membuat orang-orang penasaran.
Misal, seseorang mem-posting tiket perjalanan, lalu orang-orang bertanya kemana ia hendak pergi?
Pertanyaan kemana? Yang semestinya
bisa dijawab ringkas hanya dengan menyebut kota tujuan. Tapi sering kali
dijawab dengan ambigu, berputar-putar. “Enggak
ada, cuma cari suasana baru saja,” atau “Ke luar kota bentar hehe,”.
Padahal jelas, pertanyaannya
kemana? Bukan mengapa? Tapi begitulah, ada sensasi tersendiri saat orang-orang
tidak menemukan jawaban pasti tentang kita. Padahal hal Ini juga ironi, sebab
di sisi lain sejujurnya kita sendirilah yang meminta untuk diketahui, tapi
secara sengaja pula kita merahasiakannya.
Tak ada yang salah memang, sebab membuat orang
penasaran tetap ada nilai positifnya. Di dunia literasi ataupun perfilman, rasa
penasaran menjadi nilai. Sebab membuat orang penasaran adalah salah satu cara
menarik perhatian orang terhadap suatu
karya atau produk.
Lihatlah, novel-novel menjadi best seller karena orang-orang penasaran
dengan ceritanya, orang rela menonton film sampai habis karena penasaran dengan
ending-nya. Rasa penasaran, akhirnya
membuat orang rela menggadaikan waktunya untuk menikmati semua itu.
Hanya saja, ketika membuat orang
penasaran tanpa alasan yang jelas. Apalagi tentang diri kita yang bukan
siapa-siapa, tentu hal ini patut dipertimbangkan? Kita tidak bisa menjadikan
sifat seperti ini terus-menerus melekat dalam cara berkomunikasi kita. Membuat
orang penasaran, hanya membuat interaksi kita berjalan satu arah.
Bagi orang-orang yang mengerti,
apa yang semestinya menjadi prioritas dalam hidupnya. Mungkin ia akan segera
mengakhiri rasa penasaran yang demikian. Masalahnya, tidak semua orang sebijak
itu.
Membuat orang penasaran
semestinya tidak menjadi tradisi dalam interaksi kita. Kesenangan sesaat ini
harus kita sikapi sebijakmungkin. Karena pada akhirnya, orang akan jenuh juga. Sebab
setiap pertanyaannya selalu kita jawab dengan pernyataan lain yang justru
menimbulkan pertanyaan baru. Jika hal ini terus terjadi, orang-orang akan
bosan. Lalu kemudian menjadi tidak peduli lagi apapun tentang kita.
Membuat orang penasaran adalah juga
tentang pertanggungjawaban. Sebab mulanya, kitalah yang membuka wacana,
mengawali cerita. Sehingga menggoda orang untuk ingin tahu. Maka sangat tak
arif, jika kemudian membiarkan orang bertanya-tanya. Sementara kita merasa
bahagia melihat antusiasnya mereka yang
haus akan sebuah jawaban.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar