Saya masih berusia 15 tahun saat berdiri di belakang Ismed
Sofyan yang sedang mengikat tali sepatu di Lapangan Tengku Jalil, Desa Landuh,
Aceh Tamiang. Saya berdiri bersama anak-anak kampung lainnya, yang
berdebar-debar karena berdiri begitu dekat dengan Bek Tim Nasional Indonesia
tersebut.
Hari itu, adalah pertandingan antara PERSEKAD (Persatuan
Sepakbola Kampung Durian) melawan SPARTA dari Desa Perdamaian, dalam Tournament
piala PERSATI (Persatuan Sepak Bola Aceh Tamiang). Kompetisi paling bergengsi
di tanah kelahiran saya, Aceh Tamiang.
Laga itu sendiri syarat gengsi, sebab Kampung Durian dan Perdamaian
adalah musuh berbuyutan di lapangan bola. Bahkan telah menjadi rahasia umum,
jika dua tim ini berlaga maka ketika pulang mobil salah satu tim ini akan
gembos bannya.
Maka di antara
anak-anak kampung itu, saya merasa paling bangga. Karena kampung saya yaitu
Kampung Durian, berhasil mendatangkan Ismed Sofyan untuk membela tim kampung
kami dalam kompetisi paling bergengsi di Negeri Bumi Sedia itu.
Orang pun bertanya-tanya, bagaimana mungkin kampung kecil
kami bisa mendatangkan pemain bintang sekelas Ismed Sofyan? Lagi pula,
kompetisi ini hadiahnya tak besar-besar amat. Juara 1 nya hanya seekor kambing.
Maka setiap kali kampung kami berlaga, lapangan bola selalu
riuh. Apalagi ketika Ismed menunjukkan skill-nya.
Orang-orang berdecak kagum, tak terkecuali saya yang baru pertama kali
menyaksikan langsung Ismed bermain. Sebab biasanya aksi kapten Persija Jakarta
ini hanya saya saksikan di layar TV.
Ketika itu Ismed mengenakan nomor punggung 14, nomor yang
sama ketika ia membela Timnas. Di kampung kami, nomor ini kemudian menjadi
rebutan. Saat latihan bola atau bertanding, nomor tersebut selalu menjadi rebutan
pemain PERSEKAD.
Tak hanya soal nomor punggung, gaya bermain Ismed pun menjadi
contoh anak-anak kampung. Misalnya, gaya ia mengeksekusi pinalti dengan kaki
luar. Yang seolah-olah menendang ke kiri, tapi malah sebaliknya. Begitu pula
ketika ia melewati lawan dengan cara adu sprint,
setelah terlebih dahulu menyorong bola ke depan.
Anak Kampung Durian, saat bermain bola di sore hari |
Ismed memang tidak mengikuti kompetisi itu secara penuh.
Kampung kami juga hanya berhasil menembus perempat final. Tapi kehadirannya di
sana, telah menjadi magnet tersendiri bagi anak-anak kampung. Ismed mampu menghidupkan
semangat anak-anak kampung untuk bisa menjadi pemain bola professional sekelas dirinya.
Sederhananya, Ismed berhasil menularkan inspirasi anak-anak
kampung untuk berani bermimpi. Saya masih ingat ketika itu, di sekolah teman-teman
selalu membicarakan Ismed Sofyan. Ia terus menjadi tranding topic selama tournament
berlangsung. Karena membicarakan pemain ini, mampu memberikan sensasi
kebahagiaan tersendiri bagi kami.
Ismed Sofyan sendiri memang putra asli Aceh Tamiang. Ia lahir
di Manyak Payed, 28 Agustus 1979. Sebuah kampung yang kabarnya adalah tempat
Majapahit menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini merujuk nama kampung itu
sendiri, Manyak Payed.
Ismed Sofyan Menggiring Bola. Gayanya bermain banyak ditiru anak-anak kampung ketika itu sumber: indobola.com |
Ismed memulai karir seniornya di Persiraja Banda Aceh pada
tahun 1999. Lalu hijrah ke Persijatim selama dua musim. Setelah itu, Ismed
berlabuh ke klub kebanggaan Ibu Kota Jakarta, Persija. Di klub inilah Ismed
menjadi legenda. Kesetiaannya untuk berseragam Persija mulai tahun 2002 hingga
sekarang, telah berhasil mencuri hati The Jak Mania.
Di Persija Jakarta, Ismed adalah panutan bagi para pemain
junior. Sebagai kapten Persija, ia memang berhasil mengangkat motivasi rekan
setimnya. Usianya memang tak lagi muda, tapi semangat dan dedikasinya pada Tim
memang patut diteladani.
Sementara untuk karirnya di Timnas, Ismed telah membela Tim Garuda
Indonesia sejak tahun 1997 yaitu Tim Indonesia U-18 dan U-19. Kepercayaan ini
terus berlanjut hingga ia beberapa kali membela Timnas senior dalam kompetisi
bergengsi internasional lainnya.
Prestasi gemilang Ismed di kancah sepak bola nasional adalah
bukti nyata. Bahwa kerja keras serta disiplin yang tinggi adalah kunci
kesuksesan untuk menjadi pemain professional. Seperti yang diungkapkan Ismed,
bahwa rahasia dirinya dalam menjaga stamina adalah dengan mengatur pola makan
serta olah raga yang teratur.
Maka ketika Ismed hadir di Lapangan Teuku Jalil ketika
itu. Kami seperti menemukan diri kami
yang baru. Bahwa menjadi seorang pemain bola yang hebat itu bukanlah cerita yang mustahil. Ismed telah membuktikannya.
Lalu, tiba-tiba saya pun teringat perkataan Randy Pausch saat
banyak orang mencibir proyek NASA. Miliaran dolar hilang begitu saja di luar
angkasa, sementara dunia tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Tapi apa yang
dikatakan pengarang The Last Lecture itu, bahwa sesungguhnya NASA telah
memberikan sesuatu yang luar biasa bagi anak-anak di seluruh dunia.
"Kita bisa ke bulan. Kita bisa
menjelajahi langit yang penuh bintang. Inspirasi seperti itu telah menggerakkan
berjuta anak Amerika, bahkan seluruh dunia untuk mencapai apa yang mereka capai
sekarang. Ya, harganya milyaran dolar. Tapi itu sangat sebanding dengan jutaan
anak yang bisa bermimpi dan berjuang mewujudkan mimpi mereka."
Ya,
mungkin demikian pula yang kami rasakan saat berada di samping Ismed Sofyan
sore itu di Lapangan Tengku Jalil. Kehadiran Ismed, telah berhasil melahirkan
imajinasi anak-anak kampung ketika itu tentang sepak bola. Tentang mimpi yang
tak mudah untuk menjadi seorang pemain sepak bola yang professional.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Awak tak kenallah sama ismed sofiyan itu
BalasHapusPemain Timnas Indonesia asal Aceh Tamiang Liza.
HapusIsmed Sofyan pemain Aceh idola saya, dia punya visi dan misi cemerlang layaknya seniornya Bima Sakti. Jadi ingat pengalaman latihan bebas bersama di medio 2011, umpan kunci ala bang Ismed memang tak ada lawannya di level tanah air. Makanya Bepe dan Ismed ikon Persija ibarat Totti dan De Rossi di AS Roma.
BalasHapusWah keren kali Iqbal sempat main bola bareng Bang Memed :D
Hapus