Tahun baru 2017 telah tiba, sebenarnya tidak ada
yang istimewa di tahun baru ini. Semua akan tetap seperti semula. Kita akan
tetap menjalani ruitinitas yang sama, yang menjadi pembeda hanyalah sikap kita
selanjutnya. Menariknya, perubahan sikap kita ini sebenarnya bisa kita lakukan
kapan saja. Tanpa harus menunggu pergantian tahun.
Jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih giat, kita bisa
melakukannya pada tanggal 18 Desember atau tanggal berapapun. Tidak ada
prasyarat harus 1 Januari 2017. Begitu pula perubahan sikap lainnya, kapan pun
kita merasa ada yang keliru? Maka saat itu pula kita bisa memutuskan untuk
berubah atau tidak.
Maka, pergantian tahun sejatinya tidak memiliki makna apapun.
Sebab setiap detik dalam hidup kita, pada hari apapun itu kita bisa berubah. Pola pikir seperti ini pada
akhirnya hanya menjebak kita, membuat kita mengulur-ulur waktu untuk bertindak.
Karena dalam islam pun, perubahan itu tidak harus menunggu
momentum. Perubahan harus sesegera mungkin. Begitu kita sadar ada jalan hidup
kita yang keliru, saat itulah kita harus memutuskan untuk bergerak ke arah yang
lebih baik. Begitu pula saat kita menginginkan sebuah pencapaian hidup, sedetik
itu pula kita bisa bertindak.
Seperti yang diungkapkan Imam Abu Hamid Al Ghazali:
“Mencari momentum untuk
berubah dengan suatu tanggal atau waktu tertentu, adalah sebuah tindakan bodoh"
Saya sendiri juga terkadang masih terjebak pada pola pikir
demikian, mengulur-ulur waktu untuk berubah hingga sampai pada momentum yang
tepat. Padahal, kita telah memahami bahwa waktu terus berjalan. Menggilas apapun
yang ada di hadapan. Tidak peduli kita telah memutuskan ataupun belum.
Maka benarlah, pepatah Arab yang mengatakan, waktu itu
laksana pedang, jika kita tidak lihai menggunakannya maka kita sendiri yang
akan terluka karenanya.
Lantas, apakah salah jika di tahun baru ini kita menyiapkan
serangkain resolusi? Tentu tidak. Hanya saja pertanyaan sederhananya begini? Mengapa
harus menunggu tahun baru? Padahal kita bisa memulai serangkaian perubahan itu
pada hari-hari sebelumnya.
Sederhananya, jika kita ingin berubah maka kita jangan mengikat diri dengan waktu. Sebab
kita tidak pernah tahu berapa jatah waktu yang Allah berikan kepada diri ini. Ada
misteri Allah yang bisa datang tiba-tiba yaitu maut. Jangan sampai kita
tersentak tak berdaya, begitu sampai pada ajal sementara kita belum memutuskan
apa-apa untuk kehidupan ini.
Maka semua ini, adalah cerita tentang efektifitas kita
memanfaatkan waktu. Bagaimana setiap detik hidup kita akhirnya memiliki nilai. Hidup
kita kemudian dipenuhi oleh rangkaian ikhtiar yang berujung pencapaian. Bukan hidup
yang didominasi oleh penantian tanpa berbuat.
Berubah karena memontum juga akan menjebak pola pikir kita. Misalnya,
saat kita memutuskan akan berubah tepat pada 1 Januari 2017. Maka hari-hari
sebelum tanggal itu, kita merasa bebas untuk berbuat apapun. Kita menjalani
kehidupan seolah tanpa aturan.
Toh, ini
terakhir kali karena tanggal 1 Januari nanti saya akan berubah, begitu
kalimat yang bersemayam dalam pikiran kita. Kalimat yang menjadi pembenaran
bahwa kita boleh berbuat apapun.
Maka pada detik ini, marilah kita evaluasi kembali tentang
cara kita menilai waktu. Karena bisa saja, kita tak kunjung berubah karena
selama ini telah keliru menyikapi waktu. Sementara pada waktu yang bersamaan,
waktu terus berjalan. Menggilas apapun di hadapannya. Mengikis jatah usia yang
Allah berikan untuk kehidupan kita.
Darussalam, 3 Januari 2017
*menjelang Dhuha
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Luar biasa, ibnu teduh. Memang tulisan menjelang dhuha itu beda, ada nilai kearifan, meskipun harusnya keibnuan.
BalasHapushaha masih belum mencapai kesyahidan...
HapusTulisan nendang. Makanya saya pribadi tak memandang perubahan atau muhasabah harus menunggu waktu yang tepat tapi kalo bisa harus cepat
BalasHapusBetul anak muda, segeralah menikah! eh
HapusSaya tersindir hahahaa...
BalasHapusHm... syukurlah...
BalasHapus